Menguak Makna Heroik di Balik Lirik ‘Halo-Halo Bandung’: Lebih dari Sekadar Nostalgia

Bandung – Siapa yang tak kenal dengan lagu riang “Halo-Halo Bandung”? Irama ceria dan lirik sederhana namun ikonik ini seringkali membangkitkan nostalgia akan Kota Kembang. Namun, tahukah Anda bahwa lagu ini memiliki latar belakang sejarah yang kelam namun heroik, terkait erat dengan peristiwa Bandung Lautan Api? Mari kita telaah lebih dalam makna di balik liriknya.

Lagu “Halo-Halo Bandung” diciptakan oleh Ismail Marzuki pada tahun 1946. Pada masa itu, Bandung baru saja mengalami peristiwa Bandung Lautan Api, sebuah aksi pembakaran besar-besaran Kota Bandung oleh rakyat dan pejuang kemerdekaan pada tanggal 24 Maret 1946. Tindakan heroik ini dilakukan untuk mencegah sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer.

Lirik awal “Halo-halo Bandung, ibu kota Periangan” secara jelas merujuk pada Bandung sebagai pusat wilayah Priangan. Sapaan “Halo-halo” yang diulang memberikan kesan keakraban dan kerinduan. Pada masa setelah Bandung Lautan Api, banyak warga Bandung yang mengungsi dan terpisah dari kota tercinta mereka. Lirik ini seolah menjadi ungkapan rindu akan kampung halaman.

Bagian “Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau” menyiratkan kerinduan yang mendalam setelah perpisahan yang disebabkan oleh situasi peperangan dan pengungsian. Warga Bandung tentu merindukan suasana kota mereka yang dulu, sebelum diluluhlantakkan oleh api.

Lanjut ke “Sekarang sudah menjadi lautan api, mari bung rebut kembali”, inilah bagian lirik yang secara eksplisit merujuk pada peristiwa Bandung Lautan Api. Kata “lautan api” menggambarkan dahsyatnya kebakaran yang melanda Bandung. Seruan “mari bung rebut kembali” membangkitkan semangat perjuangan untuk merebut kembali kemerdekaan dan kota Bandung dari tangan penjajah. Kata “bung” sendiri adalah sapaan akrab yang populer di kalangan pejuang kemerdekaan.

Dengan demikian, lirik “Halo-Halo Bandung” bukan sekadar lagu anak-anak atau sekadar ungkapan kerinduan biasa. Di dalamnya terkandung semangat perjuangan, pengorbanan, dan harapan untuk merebut kembali kemerdekaan. Lagu ini menjadi saksi bisu atas peristiwa heroik Bandung Lautan Api dan menjadi pengingat akan semangat nasionalisme yang membara pada masa itu.